1. Analisis Sinopsis
Dibelahan bumi Halmahera Utara tepatnya di
wilayah Galela dusun Lisawa terjadi kegemparan pada petang hari diantara
penduduk Lisawa yang masih jarang karena mereka menemukan sebuah telaga yang
mengeluarkan air berwarna bening kebiruan dan berada dibawah pohon beringin
yang membuat mereka kebingungan. Berita tentang terbentuknya telaga pun tersiar
dengan cepat karna di daerah itu tergolong sulit air, lalu upacara adat digelar
untuk menguak misteri timbulnya telaga kecil itu. Penelusuran lewat ritual adat
berupa pemanggilan terhadap roh-roh leluhur sampai kepada penyembahan Jou Giki
Moi atau Jou maduhutu (Allah yang Esa atau Allah Sang Pencipta) pun dilakukan.
Akhirnya mereka mendapatkan jawaban bahwa telaga
itu berasal dari akibat patah hati yang remuk-redam, meneteskan air mata,
mengalir dan mengalir menjadi sumber mata air. Kemudian dolodolo
(kentongan) pun dibunyikan sebagai isyarat agar semua penduduk dusun Lisawa
berkumpul. Mereka bergegas untuk datang dan mendengarkan dengan sopan dan
tertib hasil temuan yang akan disampaikan oleh sang Tetua adat. Suasana pun
berubah menjadi hening. Hanya bunyi desiran angin dan desahan nafas penduduk
yang terdengar.
Setelah berkumpul, Tetua adat menanyakan
kepada para penduduk siapa saja yang tidak hadir dan juga tidak ada dirumah. Para
penduduk mulai saling memandang. Masing-masing sibuk menghitung jumlah anggota
keluarganya. Dari jumlah yang tidak banyak itu mudah diketahui bahwa ada dua
keluarga yang kehilangan anggotanya. Karena enggan menyebutkan nama kedua anak
itu, mereka hanya menyapa dengan panggilan umum orang Galela yakni Majojaru
(nona) dan Magohiduuru (nyong) yang tidak lain adalah sepasang kekasih. Magohiduuru
telah pergi merantau sejak enam bulan yang lalu, sementara Majojaru baru saja
pergi dr rumah dua hari yang lalu.
Sebelum Magohiduuru pergi merantau, Ia dan
Majojaru untuk sehidup semati. Walaupun berbagai cobaan datang mereka tetep
berpegang pada janjinya, apabila tidak mereka lebih baik mati ketimbang hidup
melanggar janji. Majojaru tetap setia menunggu Magohiduuru. Namun pada saat
Magohiduuru ingin kembali ke dusun Lisawa untuk melamar Majojaru, Ia dihantam
oleh badai yang membuat meninggal dunia. Dan berita tersebut telah tersebar di
dusun Lisawa dan didengar oleh Majojaru yang membuat sangat sedih karena janji
sehidup-semati seolah menjadi boomerang kematian. Dalam keadaan yang sangat
tidak bergairah Majojaru mencoba mencari tempat berteduh sembari menenangkan
hatinya. Ia pun duduk berteduh di bawah pohon Beringin sambil meratapi kisah
cintanya. Air mata yang tak terbendung bagaikan tanggul dan bendungan yang
terlepas, airnya terus mengalir hingga menguak, tergenang dan menenggelamkan
bebatuan tajam yang ada di bawah pohon beringin itu. Majojaru akhirnya
tenggelam oleh air matanya sendiri. Telaga kecil pun terbentuk. Airnya sebening
air mata dan warnanya sebiru pupil mata nona
endo Lisawa. Penduduk dusun Lisawa pun berkabung. Mereka berjanji akan
menjaga dan memelihara telaga yang mereka namakan Telaga Biru.
2.
Analisis Intrinsik
1. Tema
: Kesetiaan berakhir Maut
·
Alasan :
menceritakan kasih cinta sepasang kekasih yg berakhir menyedihkan.
2. Amanat : Kita menyayangi orang harus setulus
hati tp kita juga harus memikirkan kesehatan diri sendiri dan jangan terlalu
berlarut dalam kepedihan.
·
Alasan :
Karena orang kita sayangi belum tentu sayang kepada kita, dan orang yang kita
tangisi blum tentu mau menangisi pasangannya.
3. Latar
-
Latar tempat :
dusun Lisawa, dibawah pohon beringin
-
Latar suasana :
mengharukan dan menyedihkan
-
Latar waktu :
sore hari
4. Penokohan
-
Penduduk dusun Lisawa : baik, percaya kepada roh leluhur dan peduli
-
Tetua adat :
bijaksana
-
Magohiduuru :
pekerja keras, ulet, setia, tepat janji
-
Majojaru ;
setia, penyayang
3. Analisis Nilai
I.
Nilai Sosial
-
Mereka berjanji akan menjaga dan
memelihara telaga yang mereka namakan Telaga
Biru.
-
Penduduk dusun Lisawa pun berkabung.
II.
Nilai Budaya
-
Upacara adat
digelar untuk menguak misteri timbulnya telaga kecil itu.
-
Dolodolo (kentongan) pun dibunyikan
sebagai isyarat agar semua penduduk dusun Lisawa berkumpul.
III.
Nilai Moral
-
Mereka bergegas untuk datang dan
mendengarkan dengan sopan dan tertib hasil temuan yang akan disampaikan
oleh sang Tetua adat.
4.
Analisis Sosial
I.
Asal Daerah :
Galela, Halmahera Utara
II.
Hal yang dapat dipetik : Kita harus berjuang untuk menjadi
seseorang yang selalu menepati janji yg telah kita ucapkan dan tidak
berlarut-larut dalam kesedihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar